Wednesday, January 12, 2011

Sekitar 3-5 Juta Rupiah Saja

10:30 AM 02/07/2010, ANTz wrote :

"Heran ya... Warung tenda itu selalu ramai" ucap pengemudi taksi yang gue tumpangi. Untuk kesekian kalinya, gue mendengar pernyataan yang serupa saat melintasi jalan raya Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

"Hah !" spontan gue bereaksi.
Gue yang sejak memasuki taksi asyik terpekur dalam lamunan, sontak terkesiap.
"Oh itu, yang jual ketupat pak ? Oh... iya, benar tuh pak" gue bertanya sekaligus mengamini pernyataannya.

Yup, warung tenda itu terletak di sebelah kiri jalan raya Mampang Prapatan jika menuju arah Pasar Minggu. Tepat di perempatan, di seberang KFC Mampang. Warung tenda tersebut menempati halaman depan sebuah toko onderdil motor juga trotoar yang ada didepannya, persis layaknya warung tenda lainnya.

Yang gue tahu, berdasarkan cerita pengemudi taksi yang pernah gue tumpangi sebelumnya, warung tenda tersebut biasanya baru buka sekitar pukul 08.00 dan tutup menjelang subuh. Agak berbeda dengan warung tenda lainnya yang biasanya sudah mulai menempati lapaknya menjelang Magrib. Produk makanan yang dijual pun agak berbeda dan tidak lazim dijual pada malam hari, seperti nasi goreng, mie, pecel lele dan lain sebagainya. Ya... warung tenda tersebut menjual ketupat sayur !!! Makanan yang wara-wiri di kala pagi hari dan sangat jarang ditemui saat malam hari.

Ternyata pengemudi taksi di samping gue, telah memperhatikan usaha tersebut sejak awal berdiri. Terbukti dari ceritanya, ia tahu persis bahwa warung tenda tersebut baru berdiri sekitar setahun. Kondisi 2-3 bulan pertama masih sepi namun setelah itu berkembang pesat dan selalu ramai setiap malam, begitulah tuturnya kepada gue.

Selanjutnya, beliau pun fasih bercerita berbagai hal tentang usaha warung tenda. Tidak mengherankan karena dulunya beliau pernah memiliki usaha warung tenda juga. Menjadi jawaban mengapa 'keramaian warung tenda ketupat sayur' tersebut menarik perhatiannya. Mungkin semacam mimpi yang belum sempat terwujud bagi dirinya.

"Iya, saya dulu sebelum mengemudi taksi, pernah mempunyai warung tenda di perempatan Trakindo, Cilandak, mas..." beliau mulai bercerita masa lalunya.
"Yah... karena ada proyek penataan jalan, saya tergusur. Padahal saat itu pengunjung sudah mulai ramai." keluhnya.
"Ketika proyek tersebut selesai, saya mencoba kembali berdagang, keadaan sudah berubah. Hanya beberapa unit usaha saja yang diizinkan... Itu pun biasanya punya bekingan 'korps' tertentu." jelasnya lugas.

"Oooh, begitu..." gue menggumam.
"Lalu mengapa tidak cari tempat lain, pak ?" kejar gue dengan pertanyaan.
"Akh... benar mas... Pengennya begitu... Tapi bagaimana ya ? Duitnya ga ada tho mas..." suaranya mulai terdengar lirih.
"Emang modalnya besar pak ?" gue bertanya.
Tiba-tiba beliau tertawa renyah, menertawai keadaan dirinya.
"Wuaah... ga besar mas, apalagi model saya yang sudah mempunyai modal gerobak & peralatan. Tinggal nerusin aja. Paling sekitar 3-5 jutaan..." jelasnya seraya memaparkan perhitungannya, seperti bahan baku & sewa tempat.
"Lalu, kenapa tidak diteruskan ? gue mengejarnya dengan pertanyaan.
"Haahh... duitnya itu mas... habis tuk bangun rumah & pinjaman. Itu kenapa saya banting setir menjadi seperti ini." jawabnya.
"Oooh... begitu..." ujar gue pendek.
Gue sempat meragukan alasannya, tapi saat itu gue memutuskan untuk tidak
bertanya lebih lanjut.

"Tapi mas, dulu ada penumpang saya yang menawarkan pinjaman tanpa bunga, cuman saya tolak." beliau meneruskan ceritanya.
"Kenapa pak, kok ga diterima ?" tanya gue.
"Orang itu bilang pakai saja uang saya, nanti kamu kembangin. Tidak apa-apa kalau nanti rugi. Tapi andaikan dalam setahun ada kemajuan, buka sekitar 3-4 cabang lagi. Nanti setelah itu baru keuntungannya kita bagi dua. Wuaah... ta' pikir-pikir, kok yang untung dia. Saya yang kerja keras tiap hari, hasilnya dibagi dua. Dia ga kerja apa-apa, cuma modal 3-5 juta saja, paling kalau rugi tokh sekitar segitu. Kalau 20 jutaan mungkin lain ceritanya." dia memaparkannya dengan lugas.
"Sudah itu setiap hari bawaan kita khawatir mas... Yang namanya duit orang kan, takut kenapa-kenapa. Bagi saya lebih baik dipinjemin dengan bunga, tidak apa-apa. Jadi tidak ada beban dan hutang budi. Tapi kan... mana ada yang kasih pinjaman tanpa jaminan..." lanjutnya.
Gue menanggapinya dengan senyum tipis di bibir.
"Sampai sekarang orangnya masih sering nanya lho, mas..." dia langsung menambahkan.
"Dia orang kantoran ya ?" gue bertanya.
"Iya mas... kantornya di daerah Darmawangsa." jawabnya.

Akhirnya gue mulai bercerita tentang pengalaman gue, baik ketika bekerja sebagai karyawan dan ketika gue merintis usaha. Gue menggambarkan kepadanya bahwa dewasa ini ada tren, orang-orang yang bekerja di kantor ingin memiliki usaha sampingan. Mereka terobsesi oleh penghasilan tambahan tanpa perlu menceburkan diri mengurus usaha. Alhasil modal dalam bentuk uanglah yang digelontorkan, dalam bahasa kerennya 'investasi'. Perhitungannya adalah pendapatan dua buah 'keran', baik itu dari penghasilannya sebagai karyawan ditambah dari usaha sampingannya.

Dan akhirnya kami harus mengakhiri obrolan malam itu...
"Semoga kita bertemu lagi ya, mas..." ujarnya saat gue turun dari taksinya.
"Iya pak... terimakasih ya !" gue berkata.
"Sama-sama mas..." balasnya.
"Usahain duitnya sendiri yaa.. pak !!!" gue setengah berseru sebelum menutup pintu taksinya.

Hufttt... hanya diperlukan 3-5 juta rupiah untuk meneruskan sejumput mimpi di tingkat akar rumput. Sedangkan di luar sana, milyaran hingga trilyunan uang rakyat menguap DENGAN JELAS, hahahaa.... Seandainya negara ini berbaik hati, menyisihkan 1 milyar saja untuk kemudian memecahnya menjadi pinjaman-pinjaman berbunga rendah dengan syarat jaminan minimal, senilai nominal 3, 5 dan 10 juta rupiah untuk kemudian mendistribusikan ke akar rumput MAKA dapat dihasilkan sekitar 100-300 usaha baru. Dimana setiap usaha bisa menyerap 2-5 tenaga kerja. TAPI sayang semua itu hanya 'seandainya', sulit terwujud di negeri gemah ripah loh jinawi ini. Paling tidak di negara yang bernama Bangladesh, terdapat bank yang melakukan hal seperti itu. Alhasil sang pendirinya diganjar sebuah Nobel, bukti nyata bagi sebuah pengandaian. Bukti nyata yang para pemimpin negeri ini selalu berkata : TIDAK MUNGKIN !!!


with respect,

:> ANTz

2 comments:

Irene on Wednesday, January 19, 2011 4:22:00 PM said...

Memang susah kalau mengandalkan orang. tapi bukan berarti tidak sama sekali menerima bantuan orang (selama bisa dipercaya tak mengapa). tetap berjuang! dan maju terus para akar rumput-akar rumput indonesia!

Obat Kuat on Friday, January 25, 2013 6:49:00 PM said...

terima kasih banyak untuk berbagi informasi, Semoga Tuhan memberikan yang terbaik buat Kita Semua


Post a Comment

 

blog RIGHT

This blog powered by:


Professional template designed by Rohman Abdul Manap
Banner header image and blog modified by antha.ginting

Creative Commons License
Based on a work at karput.blogspot.com,
all contents on this site are LICENSED under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License.

Please email to for copy
and distribute for commercial or non-commercial uses.

and also PROTECTED under:
MyFreeCopyright.com Registered & Protected
protected by Copyscape Online Plagiarism Detector
for detail see Disclaimer.

Thank you for visiting my blog, see ya..

my FRIENDS


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...