my THOUGHTS






SPEAK out

"Everyone has the right to freedom of opinion
and expression; this right includes freedom
to hold opinions without interference and to seek,
receive and impart information and ideas through
any media and regardless of frontiers."

- Article 19,
Universal Declaration of Human Rights

AROUND me
Canon EOS 550D | EOS Rebel T2i
Canon EF-S 18-55mm f/3.5-5.6 IS
Canon EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS
Adobe Photoshop without effects

Thursday, October 28, 2010

Hati-hati Main Game di Facebook

1:07 PM 10/28/2010, ANTz wrote :

Facebook kembali tersangkut masalah privasi. Investigasi yang dilakukan Wall Street Journal mengungkap bahwa sepuluh aplikasi terpopuler di Facebook, termasuk permainan FarmVille, Texas Hold'Em Poker dan Frontier Ville, menjadi agen utama pembocor identitas pemilik akun kepada pihak lain.

Sekitar 25 perusahaan data dan periklanan menerima data pribadi pemilik akun Facebook dari perusahaan pemilik aplikasi permainan dan fitur-fitur lain yang terdapat dalam media sosial itu. Dengan data itu para pengiklan bisa lebih gampang menyasar individu yang sesuai dengan produk mereka.

read more...

Wednesday, October 27, 2010

Anak-Anak Harus Mengerti

8:00 PM 10/17/2009, ANTz wrote :

Sore menjelang malam, ketika pria paruh baya itu masuk dengan segelas kopi kental di tangan. Ia segera menghidupkan kipas angin, mencari asbak rokok, lalu duduk disamping gue. Sesudah itu ia menghempaskan sebungkus rokok dari kantong celananya ke lantai, mengambil sebatang rokok, menyulutnya, kemudian menghisapnya dalam-dalam...

read more...

Tuesday, October 26, 2010

Visi Seorang Kaum Muda

9:08 AM 10/28/2004, ANTz wrote :

Pagi ini, sekitar pukul 08.00 WIB saya sedang menonton TV. Akibat terlalu banyak stasiun TV maka perpindahan channel pun kerap terjadi, hal tesebut dipengaruhi berbagai program acara yang ditayangkan secara bersamaan namun sayang untuk dilewatkan. Nah...biasanya sekitar antara jam 08.00 - 09.00 WIB itu saya selalu punya 3 channel pilihan, yaitu sebuah program talkshow ringan, film kartun anak-anak dari Legenda Tionghoa dan sebuah ajang kompetisi olahraga jalanan. Untuk program pertama biasanya saya lihat dulu topiknya apakah menarik atau tidak, ternyata terlihat nara sumber seorang pemuda yang bisa dipastikan dia seorang mahasiswa karena mengenakan jaket berbau mahasiswa (bukan jaket resmi universitas) dengan logo M di lengan bajunya. Wuaaahh....ini pasti tentang tawuran !!! Tuduh saya dalam hati. Keengganan pun memaksa saya untuk segera beralih kepada kedua acara berikutnya.

read more...

Saturday, October 23, 2010

Dimana Pialaku ?

8:58 AM 7/5/2009, ANTz wrote :

Ketika itu aku sedang berlari
Berlari... berlari...
dan terus berlari...
Nun jauh disana,
aku melihat sebuah piala
Aku tersenyum, yah... piala itu
Dan aku terus berlari...
Hingga mendapatkannya

Braaaak... Bummmm...
Aku mendapati diriku terpelanting
jatuh hingga terduduk
Aku melihat sekelilingku
Tidak ada... tidak ada... sesuatupun
Sejenak aku terdiam
Akh... mungkin hanya khayalan
Aku melihat pialaku,
bersinar diguyur mentari
Aku kembali bangkit
Duuug... terjatuh
Aku mencoba bangun
Braaaak... kembali jatuh
Dan untuk kesekian kalinya
Bummmm...
Aku terhempas...
terhempas hingga memeluk bumi

Mentari terus berputar
Dan bulan pun datang kembali
Kedua penguasa datang silih berganti
Aku mendapati diriku masih memeluk bumi

Beragam manusia melewatiku
menuju piala mereka masing-masing
Riang raut muka terpancar erat
kaum muda...
kaum paruh baya...
jompo manula...
teruna-teruna...
Bercengkrama, memimpikan asa

Aku masih terbenam disana
gundah gulana memecah langit
merutuki ketidaknyanaan
keluh kesah menggapai Penguasa

Hingga mahluk-mahluk itu datang
mencandaiku, mengajakku bermain...
Di tengah lelapku
aku bermain,
menikmati kembali masa kecilku
Di tengah gundahku
aku bermimpi,
memimpikan bintang di langit
Di mana pialaku ?
Aku tidak melihatnya lagi
Aku tidak peduli lagi

Kami terus bermain
mencari hal-hal baru
berburu petualangan lain
menikmati kegembiraan

Akh... aku melupakan segalanya
Aku terseret dalam kepolosan
Aku terhanyut dalam keluguan

Seakan hari tidak pernah habis

Sampai di satu masa
Aku mendapati diriku
Berdiri...
Berjalan...
Tertatih...

Akh... piala itu kembali terlihat
Beragam manusia berlaku sama
Terhipnotis oleh keberadaan
kedagingan kembali merasuk
Aku ingin berlari...
Berlari... yah.. berlari...
TIDAK, aku tidak ingin berlari lagi
Aku ingin terbang...
benar... terbang
seperti rajawali
perkasa menantang langit

Aku melupakan segalanya
piala itu kembali membiusku
melayang mengawang-awang
melupakan apa yang ada dalam tubuhku
ketidaksempurnaan yang absolut

Aku lupa
bahwa aku bisa terjatuh
Aku lupa
bahwa aku bisa terjerembab
Aku lupa
bahwa aku bisa terkulai

Aku lupa dari semuannya itu
bahwa di dalam kelemahanku
kuasa-Nya menjadi sempurna

Piala itu tetap menggodaku
mengajarku menyadari segala sesuatu
ketenangan adalah senjataku
kesabaran adalah perisaiku
kegembiraan adalah obatku
kelemahan adalah kekuatanku

Saat aku perkasa, aku akan terbang
Saat aku kuat, aku akan berlari
Saat aku lemah, aku akan berjalan
Saat aku sakit, aku akan berdiam

Kemanakah aku dapat pergi
menjauhi sang Penguasa
Jika aku mendaki ke langit,
Engkau ada di sana
Jika aku terbang dengan sayap fajar,
Engkau akan menuntun aku,
Jika aku membuat kediaman di ujung laut,
Engkau memegang aku.

with respect,

:> ANTz

read more...

Wednesday, October 13, 2010

Membentuk Generasi Emas

10:29 AM 4/1/2009, ANTz wrote :

Wuaah.... hari ini gue bangun telat, 9.30 gue baru buka deh. Engga apa-apa  deh lagian anak-anak juga masih pada sekolah. Setelah nyampe gue masih berbengong ria, karena otak blom nyambung. Ternyata sebagian anak-anak engga sekolah, ada try out untuk kelas 6. Ya uwes-lah... gue dapet duit. Berbeda dengan tempat lain, gue buka jam diatas jam 9.00 kecuali hari libur. Alasannya menghindari anak-anak yang cabut sekolah trus singgah di tempat gue. Namun setahun terakhir, gue perhatikan mereka malah keseringan "libur". Ada aja alasannya : ada yang gurunya rapat, kondangan dan lain-lain. Awalnya gue ga percaya, namun setelah diperhatikan emang mereka engga bohong. Misalnya seminggu yang lalu, kalo engga salah hari Kamis, 26 Maret 2009 itu bertepatan tanggal merah. Berdasarkan pengalaman klo udah begitu biasanya hari Jumat pasti libur karena hari Kejepit Nasional dan gue pun datang sekitar jam 8.00. Namun dugaan gue salah anak-anak masuk sekolah. Bagus juga kalo begitu taat aturan. And then besok gue akan buka kembali seperti biasa. Tapi besoknya gue malah bengong, gue malah disamperin ke rumah sama anak-anak sekitar jam 8.00. Ketika sampe tempat, anak-anak itu sebenarnya masuk sekolah cuman ya itu, beragam jawaban keluar dari mulut mereka. Ada yang bilang disekolahnya tidak ada pelajaran trus disuruh pulang cepat, ada yang pelajarannya cuman satu dan akhirnya ada yang jujur bilang males sekolah, percuma engga ada gurunya tutur mereka. Yang gue bingung dengan sekolah yang beragam dan alasan yang berbeda kok hasilnya sama mereka umumnya tidak masuk sekolah.

Benar atau tidak, dari obrolan kami menyiratkan benang merah bahwa ada korelasi antara proses belajar mengajar dengan bebas uang sekolah (baca dana BOS). Apakah memang benar dengan adanya dana itu mengurangi kualitas pendidikan ? Gue engga tahu. Hanya saja dari sini gue memperhatikan secara sederhana dari segi kuantitas saja, dalam sebulan mereka sudah kerap libur blom lagi seminggu kedepan akan ada lagi tanggal merah. Sedangkan dari sisi kualitas, gue menelaah bahwa terdapat pola bahwa sekolah (dalam hal ini yang negeri) berusaha menjalankan kurikulum nasional sebaik-baiknya dengan dana yang ada (baca dana BOS) tanpa memperhatikan aspek psikologis anak. Lha siapa yang mo perhatikan psikis anak satu kelas wong gaji aja kurang ? Akhirnya gue memahami bahwa ada kesenjangan antara target kurikulum nasional (beban pelajaran) dengan dana operasional yang tersedia. Korbannya yang gue temui ya itu anak-anak, trus orangtua dan akhirnya guru pun terseret dalam masalah ini. Tapi layakkah mereka dijatuhi batu panas diatas kepalanya ? Jelas tidak.

Tidak ada maksud untuk menggurui para ahli pembuat kurikulum di negeri ini, mungkin benar kurikulum pendidikan nasional sudah baik bahkan teramat baik. Tokh sudah tersedianya Dana Operasional Sekolah, sudah ada Ujian Akhir Nasional yang menjadi standar kelaikan pelajar negeri ini atau seribu indikator lainnya. Bapak atau Ibu bisa sebutkan, namun kami atau paling tidak gue melihat muka suram anak-anak ini. Bukankan sekolah dapat menjadi tempat yang menyenangkan bagi pertumbuhan diri anak bukan hanya sekedar untuk pendidikan formal belaka. Ataukah mereka akan belajar langsung dari lingkungan tanpa ada yang mendampingi. Jadi jangan kaget atau seolah-olah kaget jika di tingkat SMP atau SMU mereka sudah akan membuat genk-genk hanya untuk eksistensi belaka. Eksistensi yang diabaikan di sekolah dan di rumah, namun tokh muncul juga di televisi. :)

Emang gue tidak mempunyai ilmu psikologi, walau begitu gue belajar bahwa paling tidak sampai usia 6 tahun adalah masa penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Karena selepas usia itu anak-anak akan berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas dan kompleks, mereka akan mempunyai keingintahuan yang meluap-luap. Jadi kalo masih mau liat negeri ini yah...paling engga masih dianggap negara lain, bentuklah Generasi Emas. Sederhananya bukankah Anak Harus Lebih Baik Dari Bapaknya ?

with respect,

:> ANTz

read more...

Tuesday, October 12, 2010

Itulah Hidup

9:18 AM 4/19/2009, ANTz wrote :

Pagi ini, gue duduk di depan rumah seorang teman di daerah Pondok Labu. Orangtua teman meninggal Sabtu malam karena sakit tumor ganas. Meninggal merupakan bagian dari siklus kehidupan manusia, selain kelahiran dan pernikahan. Akan ada tawa dan disana pula tangis mengiringinya, bagai 2 sisi mata uang. 

Seminggu yang lalu, tepatnya hari Senin & Selasa, gue sibuk membenahi kamar-kamar yang ada di rumah orangtua. Banyak barang-barang lama yang gue temui, membangkitkan memori masa lalu. Salah satunya buku Chicken Soup for Soul edisi. Wuaaah... asik juga buat sumber inspirasi. Kalau tidak salah, hari Jumat-nya gue baru punya waktu luang untuk mulai membaca. Gue mendapati kesan yang hampir serupa dari berbagai cerita didalamnya. Mulai dari anak terkena Leukimia, veteran Vietnam dengan kruk di kakinya yang menjadi montir mobil, ibu yang menderita kanker payudara, ayah yang kehilangan anak yang masih muda karena kecelakaan, kakek tua penderita jantung, supir taksi yang profesional sampai seorang gadis muda penderita Paranoid Schizofrenia. Dengan ekspresi yang beragam, semua penulis atau pelaku menunjukkan pesan yang sama. Bagaimana manusia menyikapi hidupnya dan memberi arti seberapa pun pendeknya hidup mereka.

Ketika membaca kisah-kisah dalam Chicken Soup for Soul, mendengarkan lagu-lagu dari Giving My Best & Sidney Mohede serta mengenang masa-masa suram dalam hidup gue, untuk kemudian mengarahkannya kepada momen dimana gue berada dalam suasana berkabung saat ini... seperti ada gong yang dipukul di dekat telinga... keras sekali. "Itulah Hidup" begitu suaranya terdengar.

Yah... bagaikan pisau bermata dua "Itulah Hidup" membuat diri gue amat tenang sekaligus muram. Tenang karena setelah mengalami saat-saat menyakitkan dalam hidup, gue kini mempunyai visi dan mimpi yang baru. Visi dan mimpi yang sangat sederhana, dimana gue mulai menikmati hidup tanpa harus ngoyo (bahasa Jawa) mencapainya. Mimpi yang akan terus bergulir walaupun gue telah Mencapai Batas Waktu. Visi yang hanya berkata : "Pengaruhi sekitarmu, buat lebih baik". :) Sekarang, gue selalu mencari jenis usaha yang berdasarkan visi ini. Selama 3 tahun gue telah melaluinya dari hal yang kecil yaitu sekitar lingkungan rumah. Dan mulai bulan April 2009, gue memulainya bersama abang gue dalam konteks yang lebih besar. Tidak tahu berhasil atau tidak, tapi sebuah visi haruslah selalu bersama mimpi karena jika itu gagal anggaplah sebagai mimpi belaka, alias tidak stres :)

"Itulah Hidup" mendatangkan sisi muram dalam diri gue. Ketika hari ini gue berbincang-bincang dengan salah satu pelayat, keluar pernyataan tersebut dari bibirnya. "Itulah hidup, hari ini kita sehat... besok bisa meninggal. Ada yang sakit bertahun-tahun tokh tetap tidak meninggal !!!". Sedih rasanya mendengarkan pernyataan yang terkesan datar. Bukannya apa-apa, kalau setiap orang sudah tahu begitulah kenyataan hidup, pertanyaan-nya adalah apa yang telah dilakukan selama hidupmu ???

Apa yang dibenak orang yang ketika memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar atau melakukan janji-janji kosong yang tokh akhirnya menyakiti orang lain hanya untuk kekuasaan atau pengaruh. Hampir semua orang  mengharapkan atau mengejar sesuatu dalam hidupnya apakah itu kekuasaan, ketenaran, harta, kepintaran atau eksistensi diri lainnya. Tapi ada satu hal yang mengganggu pikiran gue : "Apakah semuanya itu akan selamanya melekat dalam diri kita ?". Ketika dari dalam rumah duka tiba-tiba terdengar tangisan keras yang bersahutan... gue sudah menemukan jawabannya. Tidak ada yang kekal. Hanya kenangan yang ditinggalkan entah sampai berapa lama.

Yah... hidup ternyata sederhana apapun kondisinya. Setiap manusia menjalankan rutinitas yang dipilihnya, ketika mereka jenuh, mudah saja untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan hatinya. Dan siklus hidup terus berputar dari mulai membuka mata hingga akhirnya menutup mata. Dimulai dari tertawa senang hingga akhirnya menangis pilu atau seharusnya dimulai dari tangisan si kecil hingga tawa sang tua meninggalkan sakit yang dideritanya...

Gue hanya terpekur, ketika mendung mulai bergayut diatas rumah duka dan pelayat mulai beranjak dari tempat duduknya. Gue tetap duduk sambil melihat ke langit dan meneruskan menulis, entah bagaimana gue percaya hujan baru akan turun ketika gue pulang ke rumah.

...sampai batas akhir nafasku
dan sampai lenyap detak jantungku
kan kuserahkan seluruh hidupku
dan b'ri yang terbaik bagi-MU...


with respect,

:> ANTz

read more...

Tuesday, October 05, 2010

Siapa Rekan Usaha Anda ?

10:12 AM 3/9/2009, ANTz wrote :

Kadang-kadang agak menggelikan jika mencermati hal ini. Setelah mengalami sakit selama 2 tahun, gue mencoba memulai usaha. Awalnya sekadar untuk membuat diri sendiri mempunyai kegiatan, hanya itu. Di keluarga, gue adalah anak terakhir dari 3 bersaudara yang kesemuanya adalah laki-laki. Dengan modal dari abang tertua, gue mulai mencoba menjalani usaha tersebut. Dengan alasan tersebut di atas, tidak ada perjanjian tertulis tentang uang, terutama pembagian keuntungan. Hanya dengan Gentleman Agreement antara saudara, kami mendasari usaha tersebut. Perjanjiannya sendiri agak sederhana, bahwa semua uang yang dihasilkan tidak boleh ada yang diambil untuk kepentingan pribadi. Sampai saat ini belum ada istilah pembagian saham atau dividen apapun. Bahkan gue sendiri tidak mengambil gaji dari hasil tersebut. Aneh memang, namun kondisi dimana gue masih tinggal bersama orangtua dan belum berkeluarga dapat mewujudkan hal tersebut. Mengenai pengeluaran pribadi lain seperti komunikasi dan refreshing, bisa gue minimalisasi karena kebetulan gue tidak memanfaatkan HP dan hampir tidak pernah keluyuran yang sifatnya wasting money. Sedangkan abang gue, mempunyai pekerjaan tetap sehingga dia pun tidak mengambil uang dari pemasukan yang ada. Pemasukan hanya dikeluarkan untuk kepentingan usaha, seperti biaya sewa tempat, listrik, perbaikan dan belakangan untuk membayar seorang pegawai.

read more...

Pages (5)1234 Next
 

blog RIGHT

This blog powered by:


Professional template designed by Rohman Abdul Manap
Banner header image and blog modified by antha.ginting

Creative Commons License
Based on a work at karput.blogspot.com,
all contents on this site are LICENSED under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License.

Please email to for copy
and distribute for commercial or non-commercial uses.

and also PROTECTED under:
MyFreeCopyright.com Registered & Protected
protected by Copyscape Online Plagiarism Detector
for detail see Disclaimer.

Thank you for visiting my blog, see ya..

my FRIENDS