Tuesday, October 05, 2010

Siapa Rekan Usaha Anda ?

10:12 AM 3/9/2009, ANTz wrote :

Kadang-kadang agak menggelikan jika mencermati hal ini. Setelah mengalami sakit selama 2 tahun, gue mencoba memulai usaha. Awalnya sekadar untuk membuat diri sendiri mempunyai kegiatan, hanya itu. Di keluarga, gue adalah anak terakhir dari 3 bersaudara yang kesemuanya adalah laki-laki. Dengan modal dari abang tertua, gue mulai mencoba menjalani usaha tersebut. Dengan alasan tersebut di atas, tidak ada perjanjian tertulis tentang uang, terutama pembagian keuntungan. Hanya dengan Gentleman Agreement antara saudara, kami mendasari usaha tersebut. Perjanjiannya sendiri agak sederhana, bahwa semua uang yang dihasilkan tidak boleh ada yang diambil untuk kepentingan pribadi. Sampai saat ini belum ada istilah pembagian saham atau dividen apapun. Bahkan gue sendiri tidak mengambil gaji dari hasil tersebut. Aneh memang, namun kondisi dimana gue masih tinggal bersama orangtua dan belum berkeluarga dapat mewujudkan hal tersebut. Mengenai pengeluaran pribadi lain seperti komunikasi dan refreshing, bisa gue minimalisasi karena kebetulan gue tidak memanfaatkan HP dan hampir tidak pernah keluyuran yang sifatnya wasting money. Sedangkan abang gue, mempunyai pekerjaan tetap sehingga dia pun tidak mengambil uang dari pemasukan yang ada. Pemasukan hanya dikeluarkan untuk kepentingan usaha, seperti biaya sewa tempat, listrik, perbaikan dan belakangan untuk membayar seorang pegawai.

Untuk pembagian pun sederhana, saya yang mengelola keseharian dan apabila memerlukan barang, setiap akhir pekan kami mencarinya bersama-sama. Hampir 3 tahun, kami mengelola usaha kecil ini. Selama kurun waktu itu, selain pemasukan dari segi uang, juga dapat menambah dengan beberapa unit alat. Selain itu sempat membuka tempat baru, walaupun tidak lama karena kendala pegawai.

Baru-baru ini abang gue yang lain, menawarkan merintis usaha. Kondisi dia saat ini, sama seperti abang yang tertua : sudah mempunyai pekerjaan tetap. Jadi gue yang diharapkan mengelola usaha yang baru ini. Gue kembali menyanggupinya. Permasalahan kecil muncul ketika gue menanyakan soal dana investasi. Tidak seperti yang pertama dimana gue tinggal mengelola saja dengan dana yang sudah tersedia. Dengan berterus terang gue menjelaskan bahwa gue tidak mempunyai sepeser pun uang dan tidak mempunyai pemasukan apapun. Memang ada, namun itu adalah semacam dana abadi yang tidak bisa diganggu gugat. Gue tidak akan mengambil bagian karena sudah menjadi bagian dari Gentleman Agreement yang tidak tertulis. Dan dana itu akan diproyeksikan agar dapat menghasilkan sendiri tanpa harus dikelola, dalam artian investasi mandiri.

Ketika abang gue ini bertanya dalam bentuk apa gue akan menerima keuntungan, gue hanya menawarkan keuntungan jangka panjang sama seperti usaha yang telah gue rintis. Hitungan gue amat sederhana, mengapa tidak menekan pengeluaran yang bersifat mubazir, jika dalam kurun waktu 3-5 tahun, beberapa usaha yang dirintis telah berkembang menjadi pohon-pohon yang menghasilkan buah ? Selain itu sesungguhnya secara tidak langsung menyatakan bahwa gue ingin mempunyai sebuah usaha keluarga yang kuat.

Pagi ini, secara jernih akhirnya gue belajar bahwa dalam satu keluarga yang sedarah sekalipun tidak menjamin kesamaan karakter dalam menjalani sebuah usaha. Dan dari kesimpulan itu gue mencoba memilahkan karakter apa saja yang menjadi rekan usaha kita.

1. Investor Character
Abang gue yang tertua mempunyai karakter tersebut. Selama bekerja sama dengan dia, gue mengidentifikasi ciri khas yang melekat pada dirinya yaitu seorang investor kebanyakan meluangkan banyak dananya dibandingkan waktunya. Selama usaha yang dijalankan masih mendatangkan keuntungan dari kacamatanya maka pengelola tidak akan banyak berinteraksi dengannya. Seorang investor sejati selain siap mengambil resiko dalam level yang tinggi juga biasanya mempunyai banyak stok rencana investasi (yang diwujudkan dalam jenis usaha). Walaupun dalam aktualnya, dari sekian banyak rencana-rencana tersebut paling hanya 1-
2 saja yang mempunyai endurance kesuksesan yang lumayan panjang. Tokh, kalaupun ada yang gagal atau usaha telah mencapai Break Event POint maka sang investor telah menyiapkan jenis investasi atau usaha baru sesuai kondisi yang dikuasainya.

2. Dominant Character
Abang gue berikutnya merepresentasikan karakter ini. Walaupun baru beberap bulan merencanakan usaha, gue mendapati bahwa ciri khas yang menonjol adalah kemauan yang keras untuk meluangkan waktunya mengurusi seluruh persiapan usaha, mulai dari konsep hingga running process. Rekan usaha seperti ini akan terlebih dahulu menghitung secara cermat peluang usaha yang ada dari dua hal pemasukan dan pengeluaran sebelum melakukan sebuah usaha. Resiko sekecil apapun akan sangat diperhitungkan agar kerugian yang dicapai tidak terlalu besar. Aspek spekulasi akan berada di titik yang rendah pada karakter yang seperti ini. Ke depan, gue melihat karakter yang seperti akan setia dalam satu jenis usaha dan melakukan ekspansi masih dalam jenis usaha yang sama (turunannya), tanpa berencana melakukan diversifikasi.

3. Passive Character
Karakter ini ditemukan dalam diri teman-teman gue. Mungkin karena posisi gue yang sedikit berpengalaman dalam merintis usaha menyebabkan karakter ini jelas terlihat. Teman-teman secara tidak langsung menempatkan diri mereka sendiri dalam posisi yang pasif. Walau usaha yang dirintis hanya dengan modal mengeksploitasi kemampuan atau bakat mereka namun pengalaman menempatkannya dalam posisi tersebut. Minimnya upaya dalam dalam hal visi, dana dan pengalaman menjadi kendala menjalin kerjasama dalam sebuah usaha. Sisi baik yang diperoleh adalah tidak ada intervensi berlebihan dalam meletakkan visi usaha sehingga leluasa mengatur porsi tugas yang menjadi tanggungjawab masing-masing.

4. Balanced Character
Karakter ini sesungguhnya menjadi tipe ideal kerjasama dalam sebuah usaha. Gue sendiri sampai sekarang kesulitan menemukan rekan usaha seperti ini. Faktornya sederhana yaitu kesamaan visi. Kesamaan visi akan mengejawantahkan dirinya menjadi beberapa titik penting dalam usaha, seperti jenis usaha, sumber dana, ketersediaan waktu, metode usaha dan lain sebagainya. Di setiap titik ini nantinya akan tercipta, apa yang gue sebut sebagai balanced effort. Sederhananya ada upaya alami (tanggung jawab) dari setiap orang yang terlibat dalam usaha tersebut alias bahasa antiknya tanggung renteng. Jenis usaha yang digeluti biasanya atas dasar kemampuan atau hobby yang ditekuni.

Anehnya dari sekian karakter yang telah dicoba untuk diidentifikasi, ada keraguan dimana sesungguhnya karakter gue berada. Mungkin, beberapa kondisi yang berbeda menyebabkan gue memerankan karakter yang berbeda pula. Atau bisa saja dicantumkan sebagai adaptive / opportunist character :). Namun, secara pribadi gue tidak merekomendasikan karakter seperti itu karena terlalu sulit untuk mengenali dimana kelebihan dan kekurangannya yang berakibat kita tidak tahu apa yang layak diperoleh dari rekan usaha seperti itu. Penting atau tidaknya tulisan dikembalikan kepada yang pembaca. Tidak ada satu pun teori yang gue ambil dari buku teks manapun. Pengalaman yang dialami, itu yang gue tulis. Tidak lebih.

with respect,

:> ANTz

0 comments:


Post a Comment

 

blog RIGHT

This blog powered by:


Professional template designed by Rohman Abdul Manap
Banner header image and blog modified by antha.ginting

Creative Commons License
Based on a work at karput.blogspot.com,
all contents on this site are LICENSED under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License.

Please email to for copy
and distribute for commercial or non-commercial uses.

and also PROTECTED under:
MyFreeCopyright.com Registered & Protected
protected by Copyscape Online Plagiarism Detector
for detail see Disclaimer.

Thank you for visiting my blog, see ya..

my FRIENDS


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...