Monday, November 01, 2010

Tanah Memeluk Tanah, Tulang Meremuk Tulang

10:30 AM 10/6/2009, ANTz wrote :

mentari belumlah pudar
ketika lempeng itu bergetar

merontokkan bangunan
merobohkan surau
melongsorkan bukit
mengubur nagari

manusia berlari ketakutan
sanak menyeruakkan risau
rintihan membelah langit
panik menyelimuti nagari

sore itu kelabu menggayut
... di Sumatera bagian barat

jerit...
tangis...
histeris...
erang sakit...

hanyalah melodi
pengiring tragedi
siapa mau peduli
saat maut mengintip diri

kemanakah akan berlari
dimanakah tempat berlindung
kesana longsor mengintai
disini tsunami kan berkunjung

{sejenak}
air langit pun tercurah
entah turut bersedih
atau menambah jerih

menemani pekatnya malam
memupus harapan
secercah adanya bantuan

dihiasi api yang menyambar
menyempurnakan penderitaan
inilah awal yang memilukan

{akhirnya}
tanah memeluk tanah
untuk melepaskan kerinduan
akulah peraduan terakhirmu

tulang meremuk tulang
untuk menunjukkan kerapuhan
engkaulah pembuat diriku

di lembah itu terkubur jasad
di reruntuhan ini terselip raga
jadilah disana pemakaman
disini monumen bencana

perih mengiris hati
sedih menyumbat nadi
pedih menghentak sendi

terbersit sejumput makna
adakah alam menyampaikan pesan
melampiaskan bencana
tuk sejenak mendamaikan insan

bahwa kita adalah sama
bumi ini bukan milikmu
pun tanah ini bukan punyaku
memberi kita satu rasa...

{lihatlah}
sawo matang...
hitam legam...
kuning langsat...
putih susu...

{bersama}
memutus rentang budaya
mengarungi luas samudera
mengulurkan selaksa rasa
menyisipkan sebuah asa

masihkah 1..2.. nyawa tersisa
bagi selaksa nyawa mengiba

mengais-ais reruntuhan
mengangkat bongkahan
membongkar jeruji
memotong tulang besi

adakah 1..2.. jiwa merintih
bagi selaksa jiwa melirih

tak peduli malam menyapa
dan hujan turun sekejap
hingga lapar turut menyiksa
tak urung panas menerpa
pun medan berat menyergap
hingga letih datang memaksa

dimanakah 1..2.. kerabat terbaring
bagi selaksa kerabat mengiring

...
tanah akan terus bergolak
air akan tetap beriak
api menjalar gemeretak
gunung memuntahkan dahak
siapa yang sanggup berteriak
ketika bumi berkehendak

nestapa ini bukanlah akhir
walau peradaban pasti berakhir
duka senantiasa mengalir
sepasti suka juga bergulir

USAHLAH mengangkat tangan
tanda menyerah
TAPI angkatlah tangan
untuk berserah

hai lelaki negeri...
cintailah alam ini
belajarlah kepadanya
agar ia tak menghajarmu

hai perempuan negeri...
belailah bumi ini
sayangilah kekayaannya
karena ia akan mencukupimu

{lihatlah si Upik mulai bernyanyi
dan Buyung pun turut menari
Uni mengulum senyum berseri
hai Uda marilah mengiringi

serunai mengalunkan senandung
Minang Baliak mengurai mendung
pelosok nagari bersolek menjamu
ranah Minang pasti bersemu}

sepeluk kata bagi insan nagari yang remuk hancur dan tangan-tangan yang tulus terulur


with respect,

:> ANTz

0 comments:


Post a Comment

 

blog RIGHT

This blog powered by:


Professional template designed by Rohman Abdul Manap
Banner header image and blog modified by antha.ginting

Creative Commons License
Based on a work at karput.blogspot.com,
all contents on this site are LICENSED under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License.

Please email to for copy
and distribute for commercial or non-commercial uses.

and also PROTECTED under:
MyFreeCopyright.com Registered & Protected
protected by Copyscape Online Plagiarism Detector
for detail see Disclaimer.

Thank you for visiting my blog, see ya..

my FRIENDS


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...